JAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Era reformasi sebuah berkah bagi bangsa Indonesia yang kita nikmati sampai hari ini adalah buah perjuangan yang panjang dan berbatu, tanpa terasa Peristiwa Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 sudah memasuki tahun ke 21.
”Era Reformasi yang kita nikmati saat ini merupakan suatu perjalanan panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Perjalanan panjang yang menelan korban jiwa yang tidak sedikit dimana semua diawali dengan tewasnya 4 orang mahasiswa Universitas Trisakti tertembak oleh aparat” demikian disampaikan Muhanto Hatta, Ketua Alumni Trisakti Untuk Jokowi (TUJ) dalam keterangan tertulisnya, Minggu, (12/05/2019).
Sebagaimana diketahui, pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter yang parah sehingga muncul desakan untuk meruntuhkan Orde Baru. Krisis moneter ini kemudian berkembang menjadi krisis multidimensi yang ditandai dengan kemerosotan di berbagai bidang. Berangkat dari hal inilah, berbagai demonstrasi terjadi di kota-kota besar Indonesia. Para mahasiswa sebagai ujung tombak perjuangan reformasi juga turut turun ke jalan. Universitas Trisakti, sebagai salah satu kampus besar di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998 melakukan aksi long march menuju ke DPR, namun dihalangi oleh aparat “Aparat menghadang mahasiswa dan memaksa mereka kembali ke kampus.
Puncaknya adalah penembakan mahasiswa Universitas Trisakti yang menewaskan 4 mahasiswa yakni Alm. Hendriawan Sie – mahasiswa FE 1996, Alm. Hafidin Royan – mahasiswa FTSP 1995, Alm Elang Mulia Lesmana – mahasiswa FTSP 1996, dan Alm. Hery Hartanto – mahasiswa FTI 1995 menjadi titik tolak semakin kuatnya perjuangan untuk meruntuhkan rezim Orde baru” lanjut Muhanto Hatta. Empat orang martir reformasi ini menjadi simbol perjuangan mahasiswa yang akhirnya berbuah manis dengan pengunduran diri Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, menandai runtuhnya rezim Orde Baru sehingga sampai hari ini kita bisa menghirup udara bebas reformasi yang indah.
Sarah Wijanarko, Sekjen Trisakti Untuk Jokowi melanjutkan bahwa memasuki tahun ke 21 dari tragedi 12 Mei Trisakti, harapan akan reformasi total di negeri ini masih bergelora di dalam jiwa para pelaku sejarah, alumni dan mahasiswa Trisakti.
“Harapan akan pengungkapan kasus ini di masa depan tetap menjadi prioritas bagi alumni dan mahasiswa Universitas Trisakti. Alumni Trisakti Untuk Jokowi meyakini dan sangat percaya bahwa Presiden Jokowi akan memberikan perhatian khusus terhadap kasus ini” lanjut Sarah. Berangkat dari masuknya program pengungkapan kasus 12 Mei Trisakti di dalam program Nawacita Jokowi dan beberapa langkah yang diambil sebelumnya untuk penyelesaian kasus ini.
Alumni Trisakti Untuk Jokowi juga merasa yakin bahwa ke depan, Presiden Jokowi juga akan memberikan perhatian lebih untuk hal-hal seputaran kasus 12 Mei Trisakti ini seperti kesejahteraan keluarga korban dan pentingnya edukasi mengenai 12 Mei 1998 kepada masyarakat terutama kepada generasi muda.
“Berangkat dari pemikiran dan harapan inilah, Alumni Trisakti untuk Jokowi mengharapkan perhatian pemerintah atas beberapa fokus masalah yang menjadi menjadi konsentrasi kami pada hari ini yaitu:
1. Usulan mengenai gelar “Pahlawan Nasional”.
Atas perjuangan dan sumbangsih keempat korban Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 kepada bangsa Indonesia, kami meyakini bahwa mereka berhak untuk mendapatkan pengakuan sebagai “Pahlawan Nasional” dimana saat ini pengakuan Negara diberikan melalui pemberian Tanda Kehormatan Bintang Jasa Pratama.
2. Kesejahteraan Orang Tua Korban
Point ini menjadi salah satu fokus kami, karena belum adanya bentuk pasti bantuan dari pemerintah kepada para orang tua korban selama lebih dari 20 tahun.
3. 12 Mei sebagai Hari Reformasi
Seperti apa yang telah kami sampaikan diatas, bahwa kebebasan yang bisa kita rasakan hari ini, perubahan besar yang bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia, diawali dari peristiwa 12 Mei 1998. Maka sudah sepantasnya kita memberikan penghargaan besar atas perjuangan mereka, dengan tetap mengingatnya sebagai Hari Reformasi.
4. Tragedi 12 Mei menjadi bagian dari Kurikulum Pengajaran Sekolah
Peristiwa 12 Mei merupakan peristiwa bersejarah yang tidak dapat diabaikan, dilupakan, apalagi disepelekan. Namun, saat ini banyak generasi muda yang tidak mengetahui peristiwa ini, bahkan memaknainya dari sudut pandang yang salah. Mereka adalah para generasi penerus bangsa, yang harus tahu dan menghargai sejarah serta para pelaku sejarah, sehingga sangat penting untuk memasukkan Tragedi 12 Mei kedalam kurikulum pelajaran agar mereka lebih menghargai dan memaknai kebebasan yang dapat mereka rasakan pada hari ini. Demikian pungkas Muhanto Hatta, Ketua Umum TUJ.
Pewarta: Manurung