ACEH, BeritaBhayangkara.com – Kemampuan Kopda Hardius menguasai bahasa asing secara otodidak tidak hanya membuat kagum pimpinan dan teman sejawatnya, bahkan 28 Atase Militer dari 22 negara yang pernah di pandu saat berkunjung ke Aceh.
Hal tersebut disampaikan Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda (Kapendam IM), Kolonel Inf Usik Samwa Parana, dalam rilis keterangannya di Banda Aceh, Sabtu (10/8/2019).
Diungkapkan Kapendam, saat menerima konfirmasi dari Kopda Hardius, anggota dari Kodim 0111/Bireun, dirinya mempelajari bahasa asing tersebut bukan secara formal atau diajari guru bahasa. Namun, belajar secara otodidak (belajar sendiri) melalui Media sosial (Medsos).
“Ya, hanya belajar melalui Medsos. Seperti Google Translate, Facebook, WhatsApp, Messenger dan jejaring sosial lainnya. Berkat aplikasi Medsos itu, sekarang ia sudah menguasai tujuh bahasa asing,” ungkap Kapendam.
“Saat ini tujuh bahasa yang dikuasainya yakni bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol, Portugis, Italia dan Belanda,” tambahnya.
Kemampuannya tersebut, diutarakan Kapendam, sudah tumbuh sejak dirinya duduk di bangku sekolah di kampung halamannya di Bengkulu. Saat SMP, bahasa Inggris merupakan pelajaran yang paling disukainya. Karenanya, dia juga berinisiatif belajar sendiri bahasa Inggris melalui buku-buku yang dibelikan bapaknya.
Hasilnya, ketika melanjutkan pendidikan di SMA, Hardius sudah menguasai bahasa Inggris. Bahkan saat itu, anak pasangan Siuludin (guru SD) dan Ulmatati (ibu rumah tangga) ini, sudah lancar berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan gurunya.
“Memang bahasa Inggris-lah yang utama harus dikuasai. Makanya, ia pertama kali mempelajari bahasa Inggris,” tutur Kapendam.
Lelaki berusia 34 tahun ini mengisahkan, dirinya yang pernah bertugas di Batalyon 113/Jaya Sakti yang bermarkas di Bireuen, kembali melanjutkan hobinya belajar bahasa asing di batalyon. Dimulai pada 2007 hingga 2011, ia belajar bahasa Jerman dan Perancis. Sarana belajarnya melalui Medsos.
“Dia pun memulai di dunia maya pada salah satu warung internet (warnet) di Bireuen. Kala itu, memang belum ada HP android seperti sekarang, untuk mengakses medsos,” tandasnya.
Selanjutnya, dari 2011 hingga 2018, dia belajar lagi bahasa Spanyol, Portugis, Italia dan Belanda. Kali ini, bahasa-bahasa tersebut semua dipelajarinya melalui sejumlah aplikasi medsos yang tersedia di smartphone.
Untuk memperlancar kemampuannya bicara dan menulis bahasa asing, Hardius sering berkomunikasi dengan teman-temanya dari berbagai bangsa di dunia. Mulai dari menyapa untuk mengajak berkomunikasi, hingga kerap chatting melalui fasilitas yang tersedia di Facebook, WhatsApp dan aplikasi lainnya.
“Untuk memperfasih bahasanya, agar sesuai dengan pembicara asli, Hardius tidak segan-segan mengajak mereka mengobrol melalui sambungan telepon atau video call,” ucap Kapendam.
“Cara ini terbukti ampuh. Tujuannya, agar kita terlatih dan terbiasa melafalkan kata-kata dalam bahasa asing secara fasih, sesuai pengucapan dari penutur aslinya,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dengan menguasai tujuh bahasa tersebut, ia berkeinginan bisa ikut mengambil peran dalam memajukan sektor pariwisata Aceh. Dalam berkomunikasi dengan teman-temannya dari luar negeri selama ini, dia selalu mempromosikan sejumlah tempat wisata yang menarik di Aceh.
“Umumnya, mereka sangat tertarik dan berkeinginan mengunjungi sejumlah tempat wisata di Aceh. Apalagi, keindahan alam Serambi Mekkah (Aceh), dengan penduduk dan latar belakang budayanya, punya kekhasan tersendiri,” pungkas Kapendam.
Pewarta: Ptri