JAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Sungguh ironis bahwa orang-orang yang melakukan aksi kaum anarkis membuat para aparat Penegak Hukum sampai mengeluarkan darah di tengah konflik berdarah yang kerap berulang. Sebanyak 65 anggota Polri terluka saat mengamankan aksi rusuh mahasiswa yang menolak RUU KUHP yang terjadi di beberapa wilayah di Tanah Air. Puluhan polisi tersebut diserang massa yang diduga sengaja merusuh.
“Data pada 24 September 2019, anggota kami yang menjadi korban ada 65 orang. Mereka adalah yang bertugas mengamankan aksi adik-adik mahasiswa. Tapi kami memastikan yang menyerang, memprovokasi adalah perusuh, bukan mahasiswa,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.
Dijelaskan Dedi kepada awak media di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (26/9/2019), dia menuturkan mayoritas polisi terluka akibat dilempari batu, benda tumpul lainnya dan dikeroyok massa.
“Mereka luka-luka karena dilempar batu, benda tumpul lainnya dan dipukuli ramai-ramai. Mereka saat ini dirawat di RS Bhayangkara masing-masing polda,” ujar Dedi.
Berdasarkan data Mabes Polri, 65 korban polisi terdiri dari 39 personel Polda Metro Jaya, 12 personel Polda Jawa Barat (Jabar), 3 personel Polda Sumatera Utara (Sumut), 3 personel Polda Sumatera Selatan (Sumsel), 3 personel Polda Sulawesi Selatan (Sulsel), 3 personel Polda Jawa Timur (Jatim) dan 2 personel Polda Bengkulu.
Selanjutnya, kerugian materiil yang dialami Polri adalah 1 unit mobil polisi lalu lintas, 4 unit water canon, 1 unit kendaraan pengurai masa dan dua pos polisi dibakar di wilayah Polda Metro Jaya.
Kemudian 5 unit mobil dinas, 1 unit ambulans, 2 unit mobil security barrier dan 1 unit kendaraan pribadi milik anggota polisi di wilayah Polda Sumatera Utara. Terakhir, satu unit kendaraan polisi lalu lintas di wilayah Polda Bengkulu.
“Demo damai itu dari pukul 10.00 sampai 18.00 WIB. Di atas pukul 18.00 WIB atau memang siang sudah ada tindakan anarkis, masuk dapat dipastikan bukan demonstrasi damai tapi sudah menjelma atau bermetamorfosis menjadi rusuh dan dapat dipastikan akan timbul korban baik dari masyarakat dan aparat, serta terjadi tindakan-tindakan anarkis secara sistematis,” terang Dedi.
Pewarta: Damar