JAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Indonesia adalah negara yang sangat beragam budaya, agama, dan bahasa daerahnya. Sebagai warga negara yang baik, kita wajib menghargai keberagaman tersebut. Kita hidup dalam keberagaman. Beragam bahasa daerah, suku bangsa, budaya dan agama. Sumpah pemuda menyebutkan Berbangsa satu bangsa Indonesia. Bertanah air satu tanah air Indonesia. Berbahasa persatuan bahasa Indonesia.
Hal tersebut kemudian menjadi pembahasan saat bertemu Kapolsubsektor Pelni Ipda A Hasibuan bersama Praktisi media, D.Manurung mengajak untuk berdiskusi tentang indahnya persahabatan dalam keberagaman di kantor Polsubsektor Pelni, Terminal Penumpang Pelni Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (20/11/19).
Saat memulai diskusi, D.Manurung mengatakan bahwa pentingnya kebersamaan tersebut dan munculnya “ketergantungan” mula-mula dikenal oleh manusia saat manusia dilahirkan. Saat itulah muncul rasa saling membutuhkan antar sesama, yaitu ketika orang tua mulai memeliharanya dengan penuh kasih sayang. Lalu kemudian ia melihat kebersamaannya dengan saudara-saudaranya. Dari sinilah berawal mula manusia mengenal arti saudara dan persaudaraan. Dengan ini lah akan timbul perasaan gembira dan senang dalam hati. Orang yang mempunyai sahabat sejati yang selalu memberikan pertolongan dan setia terhadapnya dapat memberikan kehidupan baru baginya untuk mencapai sebuah kesuksesan dan kebahagiaan. Indah bukan?
Coba bayangkan seandainya masyarakat kita dipenuhi dengan permusuhan? atau tawuran seperti anak sekolah zaman sekarang? saling memusuhi satu sama lain cuma gara-gara hal sepele pacar, dll? Atau dalam lingkup yang lebih kecil keluarga kita? Jika tidak ada lagi rasa saling mencintai dan tolong menolong dalam suatu masyarakat, teman atau keluarga, maka yang timbul dalam hati hanyalah kerisauan, ketidaktenangan, kegelisahan, dan lainnya. Ini benar-benar hal yang tidak indah di hati dan di mata, kata D.Manurung sambil meminum kopinya.
Beda halnya ketika berada di kehidupan yang rukun bersama sahabat, masyarakat ataupun keluarga. Apa yang dirasakan? Pastinya ketenangan kesegaran kenyamanan, dan ketentraman. Inilah hidup yang kita idam idamkan, bukan begitu?, cetus D.Manurung.
Sementara itu, Ipda A Hasibuan dalam memaknai pengabdian, tidaklah cukup dibatasi dengan pemahaman dan implementasi sempit, melainkan seharusnya dipahami secara luas, sehingga pengabdian memenuhi kepentingan yang sebenarnya.
Untuk mewujudkan implementasi pengabdian tidaklah mudah, karena tidak sedikit insan yang abaikan kewajibannya untuk mengabdi secara benar kepada-Nya, apalagi kepada yang lain, orangtua, masyarakat, bangsa dan kemanusian serta makhluk lainnya.
“Kita seharusnya menyadari bahwa kehidupan manusia di dunia sangat membutuhkan pengabdian. Pengabdian dimaksudkan bukanlah untuk pihak lain, melainkan yang lebih utama adalah untuk diri sendiri,” kata Ipda A Hasibuan.
Banyak bukti bahwa pengabdian dan kerja keras adalah penting untuk raih kesuksesan, karena pengabdian dan kerja keras memberikan kemampuan dan kekuatan yang bisa tunjukkan hasil kerja yang terbaik dan kesuksesan, pungkasnya.
Setiap pekerjaan yang dilakukan dengan baik dan telah mendapat dukungan orang yang berdedikasi, biasanya dapat menjadi sumber inspirasi. Sumber inspirasi inilah yang sering menghasilkan kerja yang terbaik. Ingat, bahwa dedikasi bukanlah apa yang kita harapkan dari orang lain, melainkan apa yang kita berikan kepada pihak lain.
Hal yang demikian bisa memudahkan bersinergi dalam setiap interaksi yang dibangun. Bukan sebaliknya, kita menuntut dilayani. Semula bisa diterima, tapi untuk selanjutnya cenderung akan ditinggalkan. Ingat bahwa barang siapa yang mengasihi, maka akan dikasihi, papar Ipda A Hasibuan.
Dalam kehidupan ini, kita tidak bisa lepas dari dunia kerja yang menjadi wahana untuk mencari nafkah dan kehidupan. Dalam menjalankan tugas dan pekerjaan pada posisi apapun, kita wajib utamakan tunjukkan pengabdian, kerja keras, dan melayani.
Di samping mendedikasikan karya kita untuk kejayaan bangsa. Bukan sebaliknya, menunjukkan ketidakpatuhan (disobenian) atau berbuat perlawanan terhadap bangsa dan negara.
Dalam konteks kemanusiaan, kita memiliki tanggung jawab untuk memberikan pengabdian kita dengan sikap dan perilaku humanis. Kita harus bisa tunjukkan sikap jujur, adil, respek, empati, toleran, moderat, cinta, anti abuse, anti diskriminasi, dan inklusif, terang Kapolsubsektor Pelni Ipda A Hasibuan.
Sikap-sikap ini yang membumi berpotensi positif untuk terciptanya kehidupan yang harmoni, damai, sejahtera, dan bahagia. Jika kita tidak mampu tunjukkan sikap dan perilaku tersebut, maka hidup damai hanya tinggal mimpi, terang Ipda A Hasibuan.
Berdasarkan kondisi itulah perlu kesadaran penuh, bahwa kita memiliki kewajiban moral untuk tunjukkan pengabdian yang sudah mengkarakter, emobodied, sehingga mengabadi kita bawa hingga akhir hayat nanti. Mengabdi menjadi kebutuhan, bukan beban. Mengabdi menjadi kebanggaan, bukan kesedihan. Mengabdi menjadi kehormatan, bukan kehinaan. Mengabdi menjadi menyenangkan, bukan memalukan, jelasnya.
Maka dari itu banyak-banyak lah cari sahabat, dan jangan sampai Anda anda sekalian mengecewakannya atau sampai sampai jadi musuh, maka dari itu cobalah saling memahami satu sama lain dan saling membantu satu sama lain.
Persahabatan diibaratkan seperti kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu. Untuk menjadi kupu-kupu yang indah, haruslah terlebih dahulu bermetamorfosis dengan sempurna supaya sesuai dengan apa yang diharapkan. Sama seperti persahabatan, untuk mencapai tahap persahabatan membutuhkan proses yang panjang dari teman biasa kemudian berubah menjadi sahabat dengan memelihara kesetiaan tanpa adanya niat jahat untuk memanfaatkannya atas kepentingan pribadi.
Segala perbedaan antara dirinya dengan sahabat-sahabatnya yang beretnis Jawa, Batak, Sunda ataupun Betawi yang berupa perbedaan kebudayaan, ciri fisik, kepercayaan, dan sebagainya tidak menjadi penghalang untuknya menjalin persahabatan yang sejati. Justru dengan adanya perbedaan tersebut menjadikan persahabatan itu menarik dengan segala keunikan masing-masing etnis dalam menjalin hubungan yang lebih dekat untuk lebih banyak meluangkan waktu berbagi cerita atau pengalaman terhadap sahabat, bersifat toleransi dalam beragama, menerima kebudayaan antar etnis yang berbeda, dan menghargai nilai-nilai kebudayaan etnis lainnya, tutup Ipda A Hasibuan mengakhiri diskusi.
Pewarta: Damar