BANDUNG, BeritaBhayangkara.com – Di tengah situasi pandemi wabah Virus Corona atau Covid-19, Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Udara (Seskoau) menggelar seminar internasional bertemakan “Sinergitas Pengamanan Wilayah Perbatasan Berbasis Teknologi Informasi” secara online dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi tanpa meninggalkan prokol kesehatan terkait penanganan Covid-19.
Seminar internasional secara online dengan host yang dilaksanakan selama dua hari (14-15 April 2020), diikuti oleh Pasis Seskoau Angkatan 57, Sesau Angkatan 13, serta perwakilan sejumlah Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan beberapa Atase Pertahanan/Militer negara asing di Indonesia, bertempat di Gedung Widya Mandala 1 Kampus Seskoau, Bandung.
Komandan Seskoau, Marsda TNI Henri Alfiandi menyampaikan bahwa seminar internasional itu dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi informasi agar tetap dapat menjalankan protokol kesehatan penanganan Covid-19 dan diharapkan mampu memberikan wawasan kepada para siswa sebagai Perwira calon pemimpin TNI masa depan. Untuk itu, para siswa harus mampu memberikan kontribusi kepada Satuan TNI dan Negara dalam memecahkan suatu masalah pertahanan, khususnya berkaitan dengan pengelolaan pengamanan wilayah perbatasan berbasis teknologi.
“Indonesia memiliki perbatasan baik darat, laut dan udara yang cukup komplek permasalahannya dan saat ini dihadapkan adanya pandemi Virus Corona, sementara pengamanan perbatasan harus tetap berjalan maksimal guna tetap terjaganya kedaulatan NKRI,” ujarnya.
Di sisi lain, Marsda TNI Henri Alfiandi mengatakan bahwa fenomena lain yang menjadi persoalan dan harus diwaspadai yakni kejahatan transnasional yang memanfaatkan kelemahan pengamanan dan pegawasan perbatasan. Hal itu adalah sebuah tantangan bagi institusi yang memiliki tanggungjawab terhadap pengamanan wilayah perbatasan termasuk TNI. “Kondisi riil sekarang, kita masih perlu meningkatkan sinergitas. Karenanya, dengan menyatupadukan kekuatan dan sumberdaya yang dimiliki, dengan didukung teknologi informasi dan pesawat tanpa awak atau drone, kita optimis bisa mengamankan dan menyelamatkan kekayaan sumber daya alam Indonesia yang sangat luar biasa,” terangnya.
Sementara itu, peserta seminar dan juga salah satu perumus naskah seminar, Mayor Lek Rozikin mengatakan kegiatan seminar internasional merupakan salah satu sarana melatih Perwira dalam memecahkan suatu permasalahan berskala nasional, sehingga mampu menjalankan tanggungjawab sebagai Perwira TNI AU yang dalam mengabdi kepada negara dan bangsa Indonesia dengan berpegang teguh Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
“Menjadi prajurit Angkatan Udara harus memiliki jiwa militan, inovatif dan profesional. Untuk itu sangat penting bagi para Pasis belajar dari para narasumber baik dari Jepang dan Malaysia maupun narasumber dari dalam negeri, dan sebagai seorang prajurit yang militan, meskipun dalam situasi pandemi Corona para Pasis tidak boleh turun semangat memanfaatkan event seminar ini untuk menggali ilmu,” tuturnya.
Para Pasis Seskoau sebagai generasi milenial penerus kepemimpinan TNI yang modern senantiasa mengedepankan profesionalisme dalam bersinergi dengan instansi atau institusi lain guna mengamankan wilayah perbatasan negara. “Berikan masukan dan saran membangun kepada stakeholder pengamanan perbatasan supaya mulai percaya menggunakan dan memanfaatkan teknologi produk dalam negeri seperti perangkat komunikasi dan drone untuk menjawab sejumlah persoalan pengawasan dan pengamanan perbatasan. Dengan begitu persoalan dapat diminimalisir sekaligus memajukan industri dalam negeri Indonesia,” kata Mayor Lek Rozikin.
Seminar internasional menghadirkan narasumber antara lain Kasau Marsekal TNI Yuyu Sutisna, Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Ph.D (Chiba University Japan), Dr. Dinno Patti Djalal (Mantan Wamenlu), Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim (Mantan Kasau), Kepala BSSN Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian, Asops Panglima TNI Mayjen TNI Arios Tiopan Aritonang, S.I.P., Prof Dr. Abdul Rahim Anuar (UUM Malaysia), Dr. Harry Septanto Peneliti Madya Lapan dan selama seminar dimoderatori oleh Dinna Prapto Raharja, Ph.D dari Universitas Paramadina.
(damar)