JAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Kehidupan yang penuh kedamaian, kenyamanan, dan toleran merupakan idaman semua orang, baik orang beragama maupun tidak beragama, sepanjang masa. Karena tidak ada satu agama dan sistem sosial pun yang menganjurkan kebencian, konflik kekerasan, dan perang, semua manusia memiliki harapan akan kedamaian dan toleransi antar mereka sekalipun mereka berbeda dalam banyak hal. Namun harapan tersebut seringkali jauh dari kenyataan, bahkan justru dilakukan oleh orang-orang yang beragama secara formal.
Hidup penuh damai, toleran dan saling berdampingan tanpa memandang perbedaan baik secara etnis, budaya dan agama merupakan impian ideal setiap manusia. Tidaklah mungkin kita mampu meningkatkan kualitas hidup kita tanpa adanya ruang kehidupan yang toleran dan damai.
Hal tersebut yang menyentuh hati nurani jajaran Polsek Bogor Tengah dalam melakukan kegiatan rutin yang ditingkatkan (KRYD) salah satunya dengan membersihkan tempat ibadah yakni vihara Dhanagun yang didirikan tahun 1672 diatas lahan 1.397 meter persegi yang usianya sekitar 300 tahun lebih.
Melihat hal tersebut, Komsioner Kompolnas Andre Poeloengan menyampaikan bahwa apa yang telah dilakukan oleh jajaran Polsek Bogor Tengah itu merupakan bukti nyata ketulusan dan semangat tanpa pandang latar belakang agama suku dan ras.
Hal ini biasanya muncul dari perspektif spiritual atau hukum kodrat. Perspektif tersebut mengatakan, untuk mencapai kedamaian dunia, hati nurani yang benar tidak dapat dikaitkan dengan ideologi-ideologi keagamaan yang fundamentalistik, akan tetapi sebagai sebuah aspek kesadaran universal, yang dapat diakses melalui warisan bersama umat manusia.
Maka dari itu, nasionalisme dihadirkan dalam hati nurani untuk menghindari konflik kesukuan, dan konsep Persaudaraan Manusia dihadirkan untuk menghindari konflik nasional. Tekanan-tekanan dari luar seperti itu pada saat yang sama juga akan mendefinisikan ulang hati nurani individual.
Hati nurani global atau hati nurani dunia adalah konsep universalis yang menyatakan bahwa dengan komunikasi global instan, seluruh manusia di dunia ini takkan lagi terpisah secara moral dari satu sama lain, berdasarkan pada budaya, etnis, maupun lingkup geografis. Orang-orang itu akan menciptakan etika dari perspektif utopis mengenai
“Saya hanya lihat bahwa mereka dengan tulus dan semangat, tanpa pandang bulu dengan penuh semangat mengerjakan ini,” kata Andre kepada wartawan, Selasa (2/6).
Andre menambahkan, kegiatan yang sebenarnya telah lama dilakukan ini sangat baik untuk diaplikasikan oleh jajaran Kepolisian di daerah lainya, dengan harapan dapat terbangunya kepedulian antar masyarakat dan Polri yang lebih tinggi. Pasalnya, semakin tinggi tingkat toleransi dan kepedulian akan timbul empati sehingga ada rasa sungkan untuk berkonfrontasi.
“Makanya Polri dapat diterima pada banyak kalangan, dan menjadi filter terhadap kasus SARA,” tekan Andre.
Sementara itu, Kapolsek Bogor Tengah Kompol Sumito menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan rutin yang ditingkatkan (KRYD) dan dinamakan Polisi Cinta Tempat Ibadah. Sasarannya semua tempat ibadah umat beragama.
“Dalam kegiatan tersebut, Polsek Bogor Tengah menerjunkan 12 personel melakukan kerja bakti, alhamdulillah selama kegiatan berjalan dengan aman dan lancar,” pungkas Sumito.
(Damar)