JAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Salah satu ajaran dakwah Walisongo yang diperkenalkan dan ditularkan pada masyarakat Nusantara saat itu adalah mengajarkan kita tentang semangat gotong royong. Sikap ini sudah menjadi bagian dari jiwa masyarakat Indonesia. Namun dengan adanya kemajuan teknologi saat ini membuat semangat kebersamaan atau gotong royong di setiap masyarakat menjadi tergerus.
Pada saat ini, semangat gotong royong semakin terkikis atau terjadi adanya penurunan dikarenakan adanya pengaruh gadget yang kemudian memicu lahirnya sikap egoisme, sehingga cenderung terlalu memikirkan diri sendiri daripada memikirkan orang lain maupun bangsa Indonesia ini.
Hal ini ia sampaikan pada saat mengisi acara ngabuburit Bersama Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan (PDIP), pada hari Kamis (6/5/2021). Acara ini dipandu host Sekretaris BKNP PDIP, Rano Karno, yang juga Anggota DPR RI.
“Dengan adanya gadget menjadi pengaruh buat kita sehingga terbiasa dengan egoisme dan individualis, sehingga cenderung terlalu sibuk sendiri, memikirkan diri sendiri daripada memikirkan orang lain maupun bangsa Indonesia ini,” jelas Abdullah Darraz.
Menurut Abdullah Darraz Semangat bergotong royong memang seharusnya dapat menumbuhkan rasa empati, peduli lingkungan sekitar dan perhatian serta menjadikan pikiran kita kritis dan tanggap terhadap lingkungan sosial. Sikap seperti inilah yang perlu terus-terusan di pupuk dan diperkuat, jangan sampai dengan adanya hal baru dan kemajuan teknologi menjadikan rasa empati dan simpati kepada sesama tergerus. Hal ini sangat berbahaya dalam berkehidupan, lebih jauhnya bahaya terhadap berkembangnya bangsa Indonesia saat ini, dikarenakan dasar dasar Negara gotong royong tidak dipahami dengan benar.
“Justru kan, gotong royong itu meniscayakan kita punya rasa empati dan peduli, mempunyai perhatian terhadap orang lain, ketika orang lain sedang mengalami kebutuhan tertentu, ya kita semua harus melakukan kepedulian itu,” Urainya.
Kemudian Darraz menjelaskan tentang bahayanya sikap peduli dan gotong royong yang terkikis, yang kemudian akan menimbulkan masalah baru, yakni disintegrasi dalam kehidupan masyarakat, bahkan lebih jauhnya membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“kalau hal seperti ini sampai terjadi (tergerusnya sikap gotong royong) akan memicu disintegrasi dan kerekatan sosial kebangsaan kita semakin terkoyak, kalau kita terbiasa meninggalkan semangat yang biasa dulu kita jalani, terutama anak muda, lanjut Darraz.
Kemudian Darraz mengungkapkan sebuah harapan bahwa perlu adanya perhatian khusus akan pentingnya semangat gotong royong sehingga tumbuh kesadaran lagi terutama di kalangan anak muda saat ini. Saat ini perlu adanya pioneer yang menarasikan dan menyebarkan semangat gotong royong terutama menyebarkan melalui sosial media.
“Kita semua harus prihatin dan berpikir bagaimana kita bangkitkan lagi semangat gotong royong, ada hal positif dari sosial media dan kita harus membangun narasi-narasi ini dan menyebarkannya di seluruh media sosial, kita harus memperkaya narasi melalui gadget yang selama ini dipakai.”
Apalagi ditambah dengan kondisi pandemi yang melanda bangsa kita saat ini, perlu adanya kesadaran semangat gotong royong, hal ini sangat penting dan bisa kita gunakan sebagai dasar berjuang melawan virus covid-19 ini.
“Kesadaran terutama dikondisi seperti ini dimulai dari kita memahami pengorbanan yang dilakukan oleh para tenaga kesehatan yang berjuang membantu mengurusi dan mendampingi para pasien, itu yang harus menjadi dasar pemahaman kita,” pungkas Darraz.
Program Ngabuburit BKNP PDIP dengan tema besar ‘Mata Air Kearifan Walisongo’ hadir setiap hari pada bulan Ramadhan pukul 17.00 WIB. Sementara sebelum sahur, ditampilkan program sejenis juga. Semuanya dapat diikuti melalui kanal Youtube: BKNP PDI Perjuangan, Instagram: BKNPusat dan Facebook: Badan Kebudayaan Nasional Pusat. (Red.)