JAKARTA, BeritaBhayangkara – Tepat 20 Desember 2018, tiga tahun yang lalu, Dr. (Cand) Hj. Lisda Hendrajoni, S.E., MMTr. menerima penghargaan tertinggi (Satya Lencana) dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Penghargaan tersebut yakni Satya Lencana Kebhaktian Sosial yang diterima Lisda di Gorontolo bertepatan dengan Hari Kesetiakawanan Sosial saat itu.
Selang 3 tahun, penghargaan yang diterima Lisda saat masih menjabat sebagai Ketua TP-PKK Pesisir Selatan masa itu, masih terus ia pertanggung jawabkan.
Jika menelisik salah satu faktor Lisda Hendrajoni menerima Satya Lencana Kebhaktian Sosial yakninya program Dunsanak Membantu Dunsanak (DMD) yang artinya Saudara membantu Saudara, yang ia galang dan berdampak sosial bagi masyarakat Pesisir Selatan kala itu.
Dengan program DMD, Lisda membentuk sebuah yayasan yang bertujuan menggalang dana dari masyarakat asli Pesisir Selatan yang telah sukses baik di perantauan maupun di Pesisir Selatan sendiri.
Bantuan yang telah terkumpul diserahkan kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk bedah rumah, ataupun modal usaha yang ditentukan oleh penyumbang dana ataupun menggunakan skala prioritas.
Tak sedikit bantuan yang terealisasi berkat DMD yang dijalankan, bahkan Rumah Tidak Layak Huni yang dibangun mencapai ribuan, dengan nilai 15-25 juta per rumah.
Ini juga yang menjadi awal mula karier politik bagi mantan pramugari Kepresidenan tersebut. Tawaran demi tawaran datang dari berbagai partai politik untuk meminang Lisda menjadi wakil rakyat di Senayan.
Ditahun berikutnya (2019) Lisda dilantik sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan (Dapil) Sumatera Barat I. Ini merupakan sejarah baru bagi Partai NasDem yang berhasil menghantarkan kader perempuannya dari Sumatera Barat ke Senayan. Bahkan saat itu, Lisda yang merupakan pendatang baru di dunia politik dan kepartaian mengungguli petahana. Keberhasilan ini, tak lepas dari kepedulian dan kebhaktian yang terus ia lakukan baik di Pesisir Selatan, maupun Sumatera Barat secara umumnya.
Mengawali kariernya di Senayan sebagai anggota DPR RI, Lisda Hendrajoni langsung memilih Komisi VIII sebagai tempatnya mengabdi. Alasannya, karena Komisi VIII yang menjadi Mitra Kementerian Sosial, Agama, Perempuan dan anak, serta BPBD merupakan passion dari wanita yang akrab disapa “Bunda Lisda” ini. Bahkan para Legislator menyebutnya Komisi “Air Mata”.
Di Komisi Air Mata inilah, Lisda memperjuangkan segala kebutuhan sosial bagi masyarakat Indonesia. Lisda menjadi yang pertama ketika ada masyarakatnya terabaikan hak sosialnya. Perjuangan akan hak tali asih yang layak bagi anggota Tagana pun ia sampaikan, hingga mengajak Menteri Sosial untuk datang dan menginap di Rumah Masyarakat kurang mampu.
Secara program di Tahun 2020, Lisda juga mengusulkan sepuluh ribu tambahan kuota bagi penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) di Sumatera Barat dan disetujui oleh Kementerian Sosial.
Bahkan dikala pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia, hal ini tak menyurutkan kepedulian sosial bagi sosok Lisda Hendrajoni. Ia memperjuangkan bantuan sosial tunai bagi puluhan ribuan masyarakat Sumatera Barat yang bersumber langsung dari Kementerian Sosial.
Bersama dengan para Relawan Sahabat Lisda Hendrajoni (Saliha), Tim yang menjadi penggagas penyemprotan Disinfektan secara Door to Door yang dilaksanakan secara merata di sejumlah Kecamatan.
Dengan dana Pribadi, Lisda juga menyerahkan bantuan sembako bagi para pedagang di Lokasi Wisata Carocok Painan, yang memang tidak memiliki penghasilan karena lokasi wisata yang ditutup kala itu.
Para pengemudi ojek, pedagang kaki lima, hingga para jurnalis yang bertugas di Pesisir Selatan saat itu tak luput dari bantuan Bunda Lisda, karena memang terpuruknya ekonomi karena pandemi yang memperluas dampak ekonomi bagi hampir keseluruhan masyarakat Indonesia.
Hampir 2 Tahun Indonesia dilanda pandemi. Saat ini masyarakat sudah memulai fase pemulihan ekonomi. Lisda pun tak tinggal diam. Ia pun terlibat dengan program ekonomi kerakyatan dengan target masyarakat miskin baik di bidang perdagangan Peternakan ataupun pertanian.
Beragam program yang ia berikan mulai bantuan gerobak, hingga bibit tanaman serta bibit ayam, diteruskan kepada masyarakat agar dapat bangkit dari keterpurukan (masih berlangsung hingga sekarang).
Tak hanya itu, sebagai Bunda Kaum Disabilitas di Sumatera Barat, Lisda juga memiliki program sejuta alat bantu yang terus ia serahkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Mulai dari kursi roda, kaki dan tangan palsu, alat bantu dengar hingga kacamata terus digulirkan dengan target minimal satu juta bantuan untuk masyarakat Sumatera Barat.
Ketika ditanya, apa yang menjadi motivasi bagi seorang Lisda Hendrajoni penerima Satya Lencana Kebhaktian sosial dalam membantu masyarakat.
Lisda menjawab, “Titik kebahagiaan tertinggi adalah berbagi.”
Sebuah jawaban singkat yang tentunya juga dapat memotivasi diri kita untuk ikut peduli dan berbagi dengan seksama. Bukankah setiap ajaran agama di Indonesia juga mengajak umatnya untuk saling membantu, saling berbagi satu sama lain.
Yang pasti, tiga tahun ini waktu yang cukup singkat. Dan Pengabdian Lisda Hendrajoni untuk masyarakat juga belum terhenti. Masih banyak tugas dan pengabdian yang akan beliau emban di tahun-tahun berikutnya, selama Satya Lencana Kebhaktian Sosial masih ia pukul di pundaknya. (*)