BIAK, BeritaBhayangkara – Kunjungan Pangkogabwilhan III Letjen TNI I Nyoman Cantiasa, S.E., M.Tr.(Han) ke wilayah Korem 173/PVB Biak disambut antusias dan suka cita oleh masyarakat Biak, khususnya Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Biak dan para Ketua Paguyuban Nusantara wilayah Biak dengan menggelar pertemuan para-para adat di rumah Bapak David Rumansara, Ketua Umum LMA Biak Numfor, Papua, Kamis (19/05/2022).
Kehadiran Pangkogabwilhan III sudah ditunggu-tunggu dan dirindukan masyarakat Biak. David Rumansara dalam sambutannya sangat bersyukur bisa kembali bertemu dengan Letjen Nyoman Cantiasa dalam sela-sela kunjungan kerja di jajaran Satuan Koopsau III Biak dan sudah dikukuhkan menjadi Anak Adat Saereri atas permintaan masyarakat, dengan gelar Man Waren Saireri dan saat ini menjadi Panglima sebagai Penjaga Wilayah bagi Adat Saireri berbintang tiga.
“Beliau akrab dengan adat, saat menjabat Danrem 173/PVT dan beliau memimpin dengan Hati. Kami dengar semua sehingga kami memberikan gelar kehormatan adat “Man Waren Seireri” yang artinya orang yang selalu terjaga dan menjaga wilayah baik siang maupun malam serta mau melihat seluruh masyarakat yang ada di wilayah adat Seireri,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut juga dibacakan Pernyataan Sikap LMA Biak oleh Sekretaris LMA, Pertama, Mendukung sepenuhnya Daerah Otonom Baru Provinsi Kepulauan Papua Utara, Kedua, Meminta Pemerintah Pusat Republik Indonesia untuk menetapkan pemekaran Kab. Endiwe, Kab. Numfor dan Kotamadya Biak, Ketiga, Menolak semua bentuk demonstrasi atau semua kegiatan politik anti Republik Indonesia atau kegiatan anarkis lainnya dan Keempat, Mendukung penyelesaian masalah secara bermoral, bermartabat yang mengedepankan keadilan bagi seluruh rakyat.
“Jujur, saya hari ini begitu bahagia dan terharu, karena apa, saya bisa pulang kembali ke rumah, bertemu saudaraku semua, rumah saya pertama di sini sebagai seorang Jenderal,” kata Pangkogabwilhan III mengawali sambutannya.
Pangkogbwilhan III mengajak warga Biak khususnya LMA Biak untuk menjaga kerukunan dan kedamaian di wilayah Papua dengan keberagamannya dan Papua sudah final bagian dari NKRI, dikatakannya saat menjabat Pangdam XVIII/Kasuari dalam menggelar Focus group discussion (FGD), Bapak Jhon Norotof mantan Panglima pejuang OPM menyatakan, ia dan kelompoknya sudah berjuang keras sampai ke Level PBB tiba di New York dan PBB menyatakan secara yuridis, defacto dan dejure bahwa Papua adalah bagian dari NKRI. Sehingga lahirlah program Otonomi Khusus (OTSUS) pada tahun 2001 sebagai solusi saat itu untuk percepatan pembangunan yang sampai detik ini kita terus bersama-sama membangun Tanah Papua, walaupun banyak kendala dan hambatan dan kita yakini ini adalah rancangan Tuhan. Bukan rancangan Manusia dan manusia tidak bisa memisahkannya,” ujarnya.
“Mari kita jaga Tanah Papua, Jaga adat, dan budaya “Satu tungku tiga Batu” di mana artinya ada tiga lembaga yaitu Pemerintah, Agama dan Adat harus bersinergi, berkolaborasi untuk membangun Tanah Papua menjaga persatuan dan kesatuan. Saya titip itu kepada LMA dan seluruh ketua paguyuban Nusantara. Keberagaman, perbedaan merupakan anugerah Tuhan, jangan karena berbeda kita terus berkonflik, mari buka komunikasi konstruktif karena kalau kita berkonflik akan menghancurkan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” pungkasnya. (Otentifikasi: Kapen kogabwilhan III)