JAKARTA, BeritaBhayangkara – Direktur Utama PT. Amerind Global Mayjen TNI (Purn) George E. Supit mengatakan, pihaknya telah menggandeng tiga perusahaan Alutsista ternama asal Amerika Serikat yaitu Northrop Grumman, Bliss, dan Olin/Winchester untuk membangun pabrik munisi di Indonesia. Mantan Aster Panglima TNI tahun 2018 itu mengatakan, pihaknya telah berhasil meyakinkan tiga perusahaan Alutsista asal Amerika Serikat tersebut untuk bekerja sama dalam membangun industri pertahanan khususnya munisi kaliber 5.56 mm di Indonesia.
Menurut Supit, keinginan membangun pabrik munisi di dalam negeri itu dilakukan guna memenuhi kebutuhan munisi sebanyak 5 miliar munisi yang telah direncanakan oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI) untuk kebutuhan operasional dan cadangan institusi Tentara Nasional Indonesia (TNI) di masa mendatang. “Menhan RI Prabowo Subianto memberikan kesempatan kepada swasta untuk bisa membangun pabrik amunisi karena dalam kebijakan beliau akan mengadakan 5 miliar butir munisi untuk kebutuhan TNI, baik untuk cadangan maupun Kegiatan operasional,” kata Direktur Utama PT Amerind Global Mayjen TNI (Purn) George Supit di Jakarta, Senin, 24 Oktober 2022.
Ketika dikonfirmasi, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI) Dahnil Azhar membenarkan kebutuhan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI) 5 miliar munisi kaliber 5.56 mm untuk menyuplai kebutuhan TNI hingga tahun 2023 mendatang.
Dahnil Azhar mengatakan, Kementerian Pertahanan Republik Indonesia mendorong pihak swasta untuk membangun industri pertahanan di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan munisi dalam negeri tersebut. Tidak hanya itu, lanjut Dahnil, keinginan Kemhan RI mendorong pihak swasta membangun Industri Pertahanan (Inhan) di Indonesia untuk memperkuat industri pertahanan nasional di masa mendatang.
“Betul, Kemhan membuka seluas-luasnya Industri Pertahanan swasta yang memenuhi syarat untuk terlibat. Dalam rangka mendorong berkembangnya industri pertahanan domestik kita seperti yang sudah diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo agar Indonesia bisa memperkuat industri Pertahanan domestik,” kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan RI Dahnil Azhar ketika dikonfirmasi awak media.
Direktur Utama PT Amerind Global, yang juga mantan Pangdam XVII/Cenderawasih itu menjelaskan, pihaknya juga sudah menjalankan test atau uji munisi hasil perusahaan Alutsista asal Amerika Serikat (Olin Winchester) yang kini telah menjadi principal PT. Amerind Global yang dipimpinnya. Beberapa bulan lalu, kata George Supit, dirinya bersama ketiga Principalnya telah membawa tiga jenis munisi kaliber 5.56 mm, 7.62 mm, dan kaliber 12.7 mm ke Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat (Dislitbangad) untuk proses uji laboratorium munisi tersebut.
“Munisi ini sudah kita uji di Dislitbang Angkatan Darat yang laboratoriumnya ada di Batu Jajar. Munisi yang sudah kita uji ada 3 jenis, yaitu kaliber 5.56 mm, kaliber 7.62 mm, dan kaliber 12.7 mm dan disaksikan secara langsung oleh perwakilan dari masing-masing Principalnya, semuanya sudah dinyatakan lulus uji. Kemudian kita sudah dapat sertifikatnya, sudah disertifikasi jadi kami jamin munisi ini sangat layak digunakan untuk TNI,” kata Mayjen TNI (Purn) George Supit.
“Jadi kami ( PT Amerind Global dan Principal ) sangat siap bila dapat kesempatan untuk bisa membantu, mendukung pengadaan munisi 5.56 mm pada saat ini maupun pada masa yang akan datang guna memenuhi kebutuhan Kementerian Pertahanan RI,” tambahnya.
Lebih jauh dia memaparkan, rencana pembangunan pabrik munisi di dalam negeri itu juga sudah disetujui oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Menurut Supit, Kemhan RI dan Kementerian ATR/BPN sudah menyetujui pihaknya mendirikan pabrik munisi bertaraf internasional pada tahap awal di atas lahan seluas 100 hektar di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Tidak tanggung-tanggung, kapasitas pembuatan munisi di pabrik yang akan dibangun oleh PT Amerind Global bersama tiga perusahaan Alutsista asal Amerika Serikat tersebut rencananya mampu membuat 360 juta butir munisi per tahun.
Tidak hanya itu, lanjut Supit, tiga perusahaan Alutsista asal Amerika Serikat yang akan berinvestasi di Indonesia juga sudah sepakat akan melakukan Transfer of Technology (TOT) sebagaimana yang telah disyaratkan oleh Kemhan RI dalam kontrak kerja sama pembangunan industri pertahanan di dalam negeri. Hanya saja, saat ini proses pendirian pabrik munisi berteknologi tinggi itu masih menunggu proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Kawasan Ekonomi Khusus ( KEK ) Galang Batang dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Kalau sudah ada Izin Lingkungan dari KLHK, nanti baru diserahkan ke Kemhan RI, baru kemudian Kemhan yang mengeluarkan ijin pendirian pabrik di tempat yang sudah ditentukan oleh Kemhan,” ujarnya. (**)