JAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Satgas Pamtas Yonif 328/DGH berhasil mengamankan 6 (enam) orang simpatisan kelompok separatis bersenjata dari organisasi Tentara Revolusi West Papua (TRWP)di perbatasan Papua-PNG.
Hal tersebut disampaikan Dansatgas Yonif 328/DGH, Mayor Inf Erwin Iswari, S.Sos., M.Tr (Han), dalam rilis tertulisnya di Keerom, Papua, Rabu (8/5/2019).
Diungkapkan Dansatgas, diamankannya simpatisan TWRP tersebut bermula pada Selasa (7/5/2019), ketika anggota Satgas yang berada di Pos Kotis Skouw Batas melaksanakan pemeriksaan rutin terhadap para pengunjung atau pelintas batas RI-PNG.
“Seperti biasanya, para pengunjung mendapatkan pemeriksaan dari anggota yang bertugas disana. Ketika memeriksa enam pelintas dari PNG, anggota Provost Satgas, Praka Purnomo menemukan sejumlah agenda serta satu unit HT, yang terkait TRWP,” ujar Erwin.
Dengan adanya temuan tersebut, menurut Erwin, keenam orang tersebut dibawa ke Pos Satgas Pamtas untuk dilaksanakan pemeriksaan lanjutan.
“Setelah didalami oleh Tim Intel, ternyata rombongan ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu pimpinan ZW (38) dan pimpinan A (48),”kata Erwin.
“ZW mengaku pernah bergabung dengan KNPB (Komite Nasional Papua Barat) selama dua tahun (2008-2010). Sedangkan A merupakan anggota TRWP yang dituakan untuk membawa rombongan rapat di Kota Yako PNG,” tambahnya.
Lebih lanjut Erwin menjelaskan bahwa dari hasil pemeriksaan Tim Intel terhadap barang yang mereka bawa, ditemukan dokumen-dokumen dan buku agenda yang berisi kegiatan yang saja mereka lakukan di PNG.
“Menurut penuturan mereka, acara yang diikutinya di PNG berupa upacara dan kongres yang dipimpin langsung oleh Matias Wenda,”terang Erwin.
“Setelah acara selesai, kata mereka, Matias Wenda langsung kembali ke Indonesia,” imbuhnya.
Setelah dilaksanakan pemeriksaan oleh Tim Intel, selaku Dansatgas, Erwin pun memberikan pemahaman kepada kepada 6 orang simpatisan tersebut.
“Kami sampaikan bahwa perbuatan yang mereka lakukan adalah salah dan bertentangan dengan aturan yang berlalu. Termasuk juga kami tegaskan bahwa saat ini Indonesia sudah merdeka dan Papua merupakan bagian dari Indonesia, sehingga tidak ada dalam negara berdiri sebuah negara,”jelasnya.
Dengan adanya temuan tersebut, lulusan Akmil Tahun 2002 ini pun kembali memerintahkan anggotanya untuk lebih waspada terhadap para pelintas batas.
“Tidak menutup kemungkinan, rekan-rekan mereka datang bergelombang, sehingga kami perketat pengamanan baik terhadap pelintas dari arah PNG maupun sebaliknya dan melakukan pemeriksaan untuk meminimalisir kejadian-kejadian serupa,” pungkasnya.
Pewarta: Putri