JAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Gerakan Pembumian Pancasila (GPP) sebagai gerakan spiritual dan moral kebangsaan melaksanakan audiensi kepada anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Mayjen Pol (Purn.) Drs. Sidarto Danusubroto, S.H. Rabu, (04/09/2019) bertempat di Jalan Veteran III Jakarta Pusat DKI Jakarta, Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, Mayjen Pol (Purn.) Drs. Sidarto Danusubroto, S.H. menyampaikan beberapa catatan terkait kondisi saat ini mengenai tersebarnya paham radikalisme dengan melawannya dengan kekuatan budaya (culture) yang kita miliki karena bisa lebih diterima publik semisal dengan memakai kebaya pada hari tertentu dan juga penggunaan pemakaian daerah
Selanjutnya, Mayjen Pol (Purn.) Drs. Sidarto Danusubroto, S.H mengatakan hijrah yang seharusnya bukan yang artificial (buatan) semisal dalam bentuk berpakaian yang mengadopsi budaya kearab-araban/arabisasi, harusnya dibentuk dalam sikap dan perilaku seperti kejujuran, disiplin, kerja keras, taat hukum, dan toleran, ujarnya.
Terakhir, butuh keteladan dalam mengajak masyarakat untuk kembali menguatkan ideologi Pancasila, tidak hanya dalam bentuk pidato, seminar, diskusi, tetapi lebih mengupayakan hal-hal yang konkrit sebagai cerminan sikap Pancasilais.
Pada kesempatan tersebut, Doni Gahral Adian, seorang akademisi juga mengungkapkan pentingnya penguatan ideologi Pancasila bagi generasi muda, karena adanya kesenjangan dalam penanaman ideologi dengan generasi sebelumnya dimana mereka tidak mengenal penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dan pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Jika tidak digarap dikhawatirkan akan diisi oleh pemahaman radikal, tandasnya.
Dalam Gerakan-gerakan Kepancasilaan belum ada tokoh yang bisa dijadikan ‘icon’ untuk dikenalkan kepada Generasi Muda. Padahal bila digali mungkin banyak yang bisa dijadikan ‘icon’ dalam proses “Pembumian Pancasila”, ujar Doni.
Generasi muda saat ini tidak/kurang mengenal slogan-slogan atau istilah yang klasik ala Indonesia, misalnya kata ‘gotong royong’ mereka lebih mengenal kolaborasi atau sharing economy. Dikatakan Doni, dari hasil Penelitian Alvara diperoleh data jumlah generasi muda (30% dari total populasi) dan dari jumlah tersebut ada 20% yang terpapar radikalisme.
Dan jumlah ini akan semakin membesar, diprediksi jumlah ini pada thn 2024 akan meningkat menjadi 40%, bila tidak ada upaya mencegah dan menangkal radikalisme. Jika kita kelompokkan masyarakat Islam ada dalam 3 kelompok yakni Nasionalis, Nasionalis-Religius dan Radikal maka, selanjutnya tugas kita adalah bagaimana mempengaruhi dan mengajak kelompok yang ketiga (ekstrim kanan) inì masuk ke kelompok tengah.
Kelompok radikal secara Terstruktur, Sistematis dan Masif melakukan pembenturan Pancasila vs Alquran (Islam) dan Jokowi vs Nabi Muhammad. “Framing ini terus dibangun oleh kelompok radikal dalam upaya menjadikan Pancasila sebagai musuh Islam,” jelas Doni.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Gerakan Pembumian Pancasila Antonius Manurung dalam menyikapi hasil survei harus dilihat kredibilitas dari lembaga riset yang ada dan sungguh-sungguh berorientasi solusi atau sekedar analisis dam pemetaan masalah. Hal yang terpenting dari hasil riset adalah rekomendasi solutif dan konkrit dalam pemecahan masalah, imbuhnya.
Antonius menambahkan ada 3 (tiga) hal yang perlu dilakukan oleh Presiden sebagai Kepala Negara Harus ada ‘strong political will’ dalam melahirkan kebijakan
mengatasi gerakan radikalisme melalui penerbitan PERPPU mengenai Strategi Pembumian Pancasila secara Progresif-Revolusioner. Kedua, PERPPU mengenai Pencabutan hak kewarganegaraan bagi WNI yang tidak menyetujui Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan Dasar Negara dan Ketiga, PERPPU mengenai Pernyataan dan Penegasan Organisasi terlarang dan sebagai bahaya laten bagi organisasi yang tidak menyebutkan Pancasila sebagai Asas Organisasi dalam AD/ART.
“Perlu dibangun sistem Ideologi dalam upaya Pembumian Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa untuk mengembangkan upaya pendekatan yang adaptif dalam program pembumian Pancasila, baik secara kultural, demografis, dan lainnya,” ujar Antonius Manurung.
Terakhir, Mayjen Pol (Purn.) Drs. Sidarto Danusubroto, S.H. menegaskan butuh kekuatan raksasa dalam menghadapi kondisi kebangsaan saat ini. Butuh ratusan bahkan ribuan gerakan seperti Gerakan Pembumian Pancasila (GPP) yang ikut memberikan kontribusi dalam penguatan Pancasila sebagai satu-satunya Ideologi Bangsa, tuturnya mengakhiri perbincangan.
Hadir dalam kegiatan tersebut, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Mayjen Pol (Purn.) Drs. Sidarto Danusubroto, S.H. Ketua Umum DPP Gerakan Pembumian Pancasila Dr. Antonius D.R Manurung, M.Si bersama Pengurus dan Dr. Donny Gahral Adian, M.Hum. (filsuf dan akademisi Indonesia).
Pewarta: D.M