banner 160x600
banner 160x600
ADV Space 970x250

Kerukunan dan Toleransi Beragama Warisan Luhur Bangsa Indonesia

Sarasehan Pembinaan Mental kerukunan antar umat beragama di Markas Disbintalad, Jakarta, Rabu ( 27/3/2019).

JAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Toleransi serta kerukunan antar umat beragama di Indonesia merupakan warisan para pendiri bangsa dan nilai luhur bangsa Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat (Kadisbintalad) Brigjen TNI Asep Syaripudin, saat membuka Sarasehan Pembinaan Mental kerukunan antar umat beragama di Markas Disbintalad, Jakarta, Rabu ( 27/3/2019).

Sarasehan yang mengusung tema ” Melalui Sarasehan Bintal Kita Perkokoh Toleransi Antar Umat Beragama Untuk Meningkatkan Kemantapan Ideologi Pancasila Untuk Manangkal Pengaruh Radkal Dalam Rangka Terwujudnya Kehidupan Yang Rukun, Damai Dan Sejahtera” dihadiri para tokoh lintas agama sebagai pembicara, para Kepala Bintal Kotama dan jajaran satuan TNI AD di Jakarta.

Dalam sambutannya, Kadisbintalad mengatakan, kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia bukanlah sesuatu yang diberikan secara cuma-cuma, tetapi diraih dengan perjuangan, darah dan air mata. Dengan berbagai latar belakang keyakinan agama, seluruh bangsa Indonesia bersatu untuk bertekad memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan.

“Tanpa adanya kerukunan dan toleransi beragama pada saat itu, kemerdekaan bangsa Indonesia mungkin tidak pernah terwujud. Inilah warisan luhur pendahulu bangsa yang harus kita jaga bersama “ujar Brigjen Asep Syaripudin.

Pembicara pada Sarasehan ini diantaranya, Ketua MUI bidang Toleransi beragama DR Yusnar Yusuf, Profesor Romo Frans Magnis Suseno, Ketua Parisadha Hindu Dharma Mayjen TNI (Pur) Wisnu Bawatenaya, Ketua PGI Pendeta Albertus Patty dan Pembina DPP Walubi Pandita Rubby Santamoko.

Ketua MUI bidang Toleransi Antar Umat Beragama DR. Yusnar Yusuf menyampaikan, kerukunan antar umat beragama didasari pada rasa toleransi sesama manusia sebagai hamba Tuhan.

“Saling menghormati sesama pemeluk agama akan menciptakan toleransi dan kedamaian sesama manusia,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Romo Frans Magnis Suseno menguraikan, atas dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, agama memiliki peran yang besar dalam keutuhan Banga Indonesia.

“Ancaman radikalisme merupakan bahaya yang dapat menghancurkan keutuhan bangsa. Radikalisme ada di semua agama yang pelakunya ingin menerapkan agamanya secara 100 persen,” ujar Profesor Frans Magnis Suseno.

Dikatakannya, agama secara hakiki merupakan rahmat bagi seluruh umat manusia. Agama merupakan sesuatu yang mempersatukan dan bukan memberikan rasa takut.

“Agama merupakan sesuatu yang suci dan bukan barang dagangan,” imbuhnya.

Pembicara lain, Pendeta DR. Albertus Patty MA, M.ST., memaparkan, ego dan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan merupakan sumber perpecahan dan sulitnya hidup bersama, hal ini yang terjadi di beberapa negara di dunia.

“Perpecahan di negara-negara tersebut bukan saja karena perbedaan agama, tetapi juga perbedaan etnis dan penyebab lainnya,” ujarnya.

“Bersatunya Bangsa Indonesia berawal dari kesadaran atas egoisme pribadi dan golongan dari berbagai kelompok pemuda pada masa penjajahan kolonial,”terangnya.

“Para founding father bangsa Indonesia pada kala itu menyadari bahwa untuk memiliki kekuatan keluar dari penjajahan adalah merubah egois kelompok/golongan menjadi semangat kebersamaan dan persatuan,” pungkas Pendeta Albertus Patty.

Para acara Sarasehan Bintal ini, para pembicara yang dari berbagai lintas agama ini sepakat untuk memerangi hoax yang menggunakan agama untuk menebar kebencian dan saling memusuhi.

Pewarta : Putri