JAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Pembangunan nasional untuk mewujudkan visi Indonesia Maju sarat dengan berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal. Demikian disampaikan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P. saat memberikan pembekalan kepada 1.543 peserta seminar, terdiri dari 214 orang dari Sesko TNI, 103 orang Sespimti Polri, 499 orang Seskoad, 241 orang Seskoal, 235 orang Seskoau, dan 251 orang Sespimmen Polri pada acara Program Kegiatan Bersama Kejuangan tahun 2020 secara video conference di Mabes TNI, Cilangkap, Jaktim, Selasa (28/7/2020).
Panglima TNI mengatakan bahwa secara internal tantangan yang dihadapi saat ini adalah kemampuan Indonesia untuk mengendalikan pandemi Covid-19, yang berarti berfokus pada prioritas menjaga kesehatan masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional agar terhindar dari resesi ekonomi.
Bonus demografi tidak datang setiap saat. Untuk itu, peluang ini harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk menyiapkan SDM berkualitas dan kompetitif dalam menghadapi persaingan global. Selanjutnya bagaimana mengelola potensi SDM Indonesia yang produktif untuk bergerak bersama mewujudkan visi besar tersebut.
Secara eksternal, pembangunan nasional dipengaruhi oleh kondisi geopolitik regional dan internasional. Di satu sisi negara-negara di dunia juga sedang mengalami krisis kesehatan dan tekanan ekonomi akibat pandemi. Banyak negara yang mengalami pertumbuhan minus.
Menurut Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Seminar Program Kegiatan Bersama Kejuangan tahun 2020 harus menjadi sarana untuk menyiapkan gagasan dan konsep-konsep yang adaptif, inovatif dan bercermin pada tindakan saat ini untuk menghadapi berbagai tantangan yang kompleks di masa mendatang. Hal ini sesuai dengan tema “TNI-Polri Bersama Komponen Bangsa Siap Mengawal Pembangunan Nasional Menuju Indonesia Maju”.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pemikiran bersama antara lain, pentingnya kohesi antara operasi TNI-Polri dan diplomasi, dengan memanfaatkan media demi tujuan yang akan dicapai. Kemudian, perlunya memperkuat domain siber sebagai kekuatan non-kinetik untuk mendukung berbagai operasi, baik OMSP maupun OMP serta menghadapi ancaman siber.
Panglima TNI juga mengatakan bahwa perlu pentingnya merumuskan struktur kekuatan yang adaptif dan fleksibel serta efektif melaksanakan tugas dan efisien dalam sumber daya. Bagi TNI hal itu adalah kelanjutan dari Minimum Essential Force atau MEF dan yang yang tidak kalah penting tentunya, optimalisasi kekuatan kewilayahan yang memiliki daya tangkal dan penyiapan kekuatan manuver yang berdaya gentar tinggi untuk menghadapi ancaman.
(Damar)