JAKARTA, BeritaBhayangkara – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2022 semakin spesial dengan telah ditetapkan pemerintah tema HUT ke-77 Kemerdekaan RI, yakni “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”. Tema ini merefleksikan tekad dan daya juang pantang menyerah Bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan, pulih lebih cepat, dan bangkit lebih kuat untuk mengisi kemerdekaan demi kemajuan bangsa.
Penyelenggaraan upacara peringatan hari Kemerdekaan pada tahun 2022 kali ini, Rabu (17/08/2022) lebih semarak dan juga tetap menerapkan protokol kesehatan. Setiap tahunnya, Gereja HKBP Taman Mini, yang ada di jalan Mandor Hasan No.34, RT.7/RW.6, Cipayung, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta memperingati Hari Kemerdekaan RI untuk merayakan kemeriahan dan semangat kemerdekaan dengan kegiatan positif.
Dalam hal ini, jemaat Gereja HKBP Taman Mini yang dipimpin inspektur upacara Pdt. Maulinus U.W. Siregar, S.Th. dalam amanatnya menyampaikan kata pembukaan Salam Kebangsaan. Merdeka. Merdeka. Merdeka.
“Kita patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmatnya yang besar bisa kita boleh lepas dari penjajahan bangsa asing melalui perjuangan putra-putri bangsa kita yang telah mengorbankan nyawa mereka untuk kemerdekaan bangsa kita Indonesia. Perjuangan mereka telah melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Pdt. Maulinus U.W. Siregar, S.Th. mengawali sambutannya.
Hari ini, kita merayakan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-77 tahun berkat perjuangan mereka yang penuh patriotisme. Dalam kurun waktu 77 tahun ini, banyak sekali yang telah dicapai oleh bangsa kita melalui pembangunan yang berkelanjutan, dari sejak pemerintahan Ir. Soekarno sampai kepada Presiden Ir. Joko Widodo. Perlu kita syukuri, derasnya pembangunan hingga ke daerah-daerah menandakan perhatian pemerintah terhadap upaya untuk mendorong, semakin kecilnya jarak antara Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa yang sangat mencolok di masa lalu.
“Kita patut memberikan apresiasi yang tinggi, secara khusus kepada Presiden kita, Bapak Ir. Joko Widodo yang terlihat begitu intens memberikan perhatian yang penuh bagi upaya pemerataan pembangunan itu. Upaya pemerintah ini, seharusnya kita sambut dengan penuh syukur, dan turut serta dalam rangka membangun kesadaran bersama sebagai bangsa melalui keikutsertaan kita membantu pemerintah kita, melalui doa-doa kita, serta kehadiran gereja juga untuk mereka kebersamaan dan kesadaran nasional yang tinggi, melalui pembangunan hidup bersama dengan sesama kita, dan para tetangga kita,” tutur Pdt. Maulinus U.W. Siregar, S.Th.
“Kita perlu terus mendorong semangat toleransi, semangat keterbukaan, dan bertujuan bersama-sama menciptakan masyarakat yang kondusif untuk hidup bersama, saling bergotong-royong, dan membangun persaudaraan kebangsaan sebagai sumbangan kita terhadap kerja keras pemerintah dalam membangun negara kita serta keutuhan yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tambah Pdt. Maulinus U.W. Siregar, S.Th.
Gereja HKBP Taman Mini yang menyelenggarakan upacara ini, karena juga mengikutkan lingkungan sekitar adalah suatu bentuk kesadaran bersama sebagai sesama anak bangsa dalam merajut sikap Kebhinnekaan dan Nasionalisme. “Sebab persatuan dan kesatuan adalah modal besar bagi bangsa kita, apakah dalam masa perjuangan dan juga saat mengisi kemerdekaan, dan semoga itu selalu meresap dalam sanubari kita,” jelas Pdt. Maulinus U.W. Siregar, S.Th.
Bangsa kita memiliki keanekaragaman dari aspek suku, latar belakang ekonomi, pendidikan, bahasa daerah, adat istiadat, agama, dan lain-lain, harus tetap dipelihara persatuan dan kesatuan. Apa pun keadaan bangsa ini, dengan bersatu dalam mengatasi segala persoalan pasti akan bisa terselesaikan.
Di Hari Kemerdekaan 77 Tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia, membuktikan bahwa itulah dasar yang kokoh sebagai modal dalam membina kerukunan yang sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika adalah kesadaran masyarakat sesuai tema “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat” merupakan embrio nilai-nilai yang ada seperti yang telah ditunjukkan masyarakat Indonesia yang toleran dengan menghargai pendapat dan keyakinan orang lain.
Maka dari itu, nasionalisme dihadirkan dalam hati nurani untuk menghindari konflik, dan konsep Persaudaraan Manusia dihadirkan untuk menghindari konflik nasional. Tekanan-tekanan dari luar seperti itu pada saat yang sama juga akan mendefinisikan ulang hati nurani individual. (*)