banner 160x600
banner 160x600
ADV Space 970x250

KH. Taufik Damas: Pentingnya Mengemas Dakwah Agar Tersampaikan Dengan Masif

Kiyai Taufik Damas, dalam acara ngabuburit bareng Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan “MATA AIR KEARIFAN WALISONGO”

JAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Episode ke-19 Ngabuburit bersama Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan “MATA AIR KEARIFAN WALISONGO” pada Sabtu, 1 Mei 2021, mengambil tema ‘Sikap Moderat Sunan Ampel’ dengan narasumber KH. Taufik Damas yang merupakan Katib Syuriah PWNU Jakarta dan dipandu host Rano Karno.

Salah satu tokoh Wali Songo yang turut menyebarkan ajaran Islam di Jawa ialah Sunan Ampel atau Raden Mohammad Ali Rahmatullah (Raden Rahmat). Ia merupakan anak dari Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik. Sunan Ampel lahir di Champa. Ia adalah keponakan dari Raja Majapahit. Kondisi sosial budaya di Champa pada waktu sudah menganut agama Islam yang senantiasa memadukan nilai agama dengan unsur budaya.

Hal itu disampaikan oleh Kiyai Taufik Damas, dalam acara ngabuburit bareng Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan, pada hari Sabtu (1/5), pukul 17.00 WIB.

“Beliau ini asal usulnya dilahirkan dari Champa. Yang mana keadaannya pada waktu itu di kerajaan campak, praktik keberagamaan percis seperti islam nusantara saat ini”. Jelas Taufik

Sunan Ampel menyampaikan dakwah kepada orang-orang dengan menggunakan dasar yang sederhana yaitu dasar aqidah dan ibadah dan hikmah. Sikap hikmah adalah proses berdakwah dengan penuh santun dan lebih mengedepankan ketenangan hati kepada masyarakat. Dan sikap inilah yang penting untuk dikembangkan seorang da’i dalam berdakwah, sebagaimana halnya yang telah dilakukan oleh Sunan Ampel.

“Dakwah Sunan Ampel berdakwah dengan mengembangkan pola keberagamaan yang mengedepankan sikap hikmah, ditambah lagi sunan ampel sudah mengikuti tarekat Naksabandiyah, sebagaimana kita tahu kalau orang sudah ikut bertarekat berarti sikap keagamaannya sudah utuh,” lanjut Taufik

Selain hal tersebut, Sunan Ampel juga menggunakan pendekatan kultur budaya untuk berdakwah. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan diri, menyerap, bersikap pragmatis, dan menempuh cara yang berangsur-angsur. Ajaran-ajaran Islam yang belum popular di kalangan masyarakat Jawa, berhasil di kemas oleh Sunan Ampel menjadi suatu kegiatan yang dekat dengan masyarakat dan senantiasa di praktikan dalam kehidupan sehari-hari.

“Pentingnya mengemas dakwah biar penyebarannya bisa masif di dengarkan oleh masyarakat, agar kemudian Islam mempunyai daya Tarik yang bagus bagi masyarakat sekitar.” Jelas Taufik.

Saat berdakwah strategi unik yang dilakukan oleh Sunan Ampel adalah mengubah nama sungai Brantas yang menuju Surabaya dengan nama Kali Emas. Nama Pelabuhan juga turut diganti dengan nama Tanjung Perak dari awalnya Jelangga Manik. Hal ini beliau lakukan dalam upaya membuat daya Tarik bagi masyarakat sekitar, dan ketika orang sudah berkumpul barulah di situ sunan ampel mengajarkan agama.

“Salah satu strategi dakwah Sunan Ampel adalah dengan cara mengubah nama sungai berantas menjadi kali Emas, yang seolah-olah masyarakat akan menemukan emas ketika datang ke sana. strategi dan cara mengemas sunan ampel ini menghasilkan dakwah yang sangat masif sehingga Islam diterima dengan penuh suka cita.” Pungkas Taufik

Program Ngabuburit Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan dengan tema besar ‘Mata Air Kearifan Walisongo’ hadir setiap hari pada bulan Ramadhan pukul 17.00 WIB dapat diikuti melalui kanal Youtube: BKNP PDI Perjuangan, Instagram: BKNPusat dan Facebook: Badan Kebudayaan Nasional Pusat. (Red.)