JAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Pendidikan adalah penyeimbang yang hebat. Itulah yang saya dengar saat tumbuh dewasa. Jika Anda bekerja keras, berprestasi di sekolah, dan mengikuti aturan, Anda bisa menjadi apa pun yang Anda inginkan. Itu ide yang fantastis. Betapa luar biasa itu jika saja itu benar.
Semboyan yang seringkali kita dengar sejak masa anak-anak Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri Handayani yang Bermakna “dari depan, seorang pendidik harus memberikan teladan yang baik; dari tengah, seorang pendidik harus dapat menciptakan prakarsa atau ide; dan dari belakang, seorang pendidik harus bisa memberi dorongan dan arahan”, semboyan ini dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita Ki Hadjar Dewantara.
Bangsa kita memilki keaneka ragaman dari aspek suku, latar belakang ekonomi, pendidikan, bahasa daerah, adat istiadat, agama, dan lain- lain, harus tetap dipelihara kesatuan dan persatuannya. Apapun keadaan bangsa ini, asalkan mereka bersatu, maka segala persoalan akan bisa diselesaikan. Sebaliknya, manakala persatuan telah terganggu, maka persoalan sekecil apapun akan berkembang menjadi besar dan rumit, hingga sulit dipecahkan.
Polwan Pemersatu, begitulah sebutan yang tepat untuk seorang Kompol Netty Siagian, S.H., M.M. mantan Kapolsek Kawasan Sunda Kelapa, Polres Pelabuhan Tanjung Priok itu.
Nama lengkap Polwan Pemersatu yang kerap disamakan dengan Roro Fitria diketahui adalah salah seorang Polwan multitalenta, disamping kesuksesannya saat menjabat sebagai Kapolsek Sunda Kelapa, Kompol Netty Rosdiana Siagian, M.H., M.M. yang begitu dicintai masyarakat itu juga ternyata pinter bernyanyi loh, dan sekarang sedang bergelut di bidang Hukum Polda Metro Jaya, dan tak lupa menghabiskan waktunya dengan belajar yang saat ini mengambil Pascasarjana Doktoral di salah satu Universitas dengan Jurusan Hukum Pidana.
Disela-sela kesuksesan dan kemapanan dalam kepolisian, dia mengatakan bahwa cara berpikir dan bertingkah laku tersebut merupakan hasil “pengkondisian budaya” (cultural conditioning) melalui proses panjang pendidikan dan pengajaran yang diberikan secara turun temurun oleh orang tua, guru, dan masyarakat sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan komunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan, dan norma yang ada pada masing-masing budaya,” kata Netty kepada wartawan disela-sela aktivitasnya yang padat.
Dengan alasan era globalisasi dimana oleh Kenichi Ohmae didefinisikan sebagai “borderless world” (dunia tanpa batas) yaitu suatu negara akan kuat manakala ia mampu merespon secara fenomena 4”I’s” yang terdiri dari: (1) investment; (2) Industry; (3) information technology; dan (4) individual consumers.
Sehingga Pendidikan Nasional di arahkan kepada Mencerdaskan Bangsa bukan Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.
“Maka makna dari mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya sekedar cerdas secara keilmuan dan sukses dalam kehidupan, tetapi bagai mana mereka keluar dari perasaan tertindas oleh orang lain, serta harus keluar dari zona aman. Hal ini hanya dapat diperoleh melalui pendidikan,” tutur Netty.
Sementara itu, D.Manurung salah seorang pengagum Polwan Pemersatu Masyarakat, Kompol Netty Siagian, tak lupa turut mendoakan dan mendukung setiap langkah demi kemajuan kedepannya. Semoga Ibu Netty Siagian dapat menyelesaikan studi dan meraih kesuksesan yang lebih untuk dapat ditularkan dan disalurkan kepada masyarakat, bangsa dan negara demi kebaikan bersama. Selamat dan Sukses Kompol Netty Siagian, Polwan Pemersatu Masyarakat. (Red.)