YOGYAKARTA, BeritaBhayangkara.com – Presiden Joko Widodo meresmikan lintas bawah (underpass) Yogyakarta International Airport (YIA) dalam kunjungan kerjanya ke Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat, 31 Januari 2020. Lintas bawah tersebut menjadi terowongan terpanjang di Indonesia dengan panjang keseluruhan mencapai 1,3 kilometer.
“Pada sore hari ini kita meresmikan terowongan terpanjang. Ini 1,3 kilometer. Terowongan terpanjang di Indonesia yang juga salah satu dari keseluruhan proyek Yogyakarta International Airport,” ujarnya di lintas bawah YIA, Kabupaten Kulon Progo.
Lintas bawah tersebut dibangun untuk mempertahankan eksistensi ruas jalan nasional Pantai Selatan Jawa (Pansela) yang menghubungkan Purwokerto dan Yogyakarta serta memperlancar arus lalu lintas warga Kulon Progo dan sekitarnya. Sebab, pembangunan Bandara YIA memotong ruas jalan Pansela sebelumnya.
Struktur lintas bawah tersebut terdiri atas konstruksi terowongan sepanjang 1.095 meter dan jalan pendekat arah timur dan barat masing-masing sepanjang 110 meter dan 100 meter. Sedangkan lebar lintas bawah adalah sebesar 7,85 meter, clearance atas 5,2 meter, dan samping 18,4 meter.
Presiden mengatakan, pembangunan lintas batas tersebut nantinya dapat memberikan kontribusi terutama peningkatan turis menuju Yogyakarta, Borobudur, Prambanan, dan sekitarnya.
“Tinggal kita nanti menyelesaikan layanan transportasi antarmoda yang interkoneksi sehingga masyarakat memiliki pilihan-pilihan. Ada opsi yang bisa dipilih dalam rangka pelayanan kepada turis dan masyarakat,” imbuh Presiden.
Hadir dalam acara peresmian tersebut di antaranya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Gubernur Yogyakarta Hamengkubawana X.
Diresmikan Presiden Jokowi, Underpass YIA Dukung Pansela sebagai Jalur Wisata
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meresmikan pembangunan jalan bawah tanah atau underpass Yogyakarta International Airport (YIA) di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Jumat (31/1/2020). Underpass sepanjang 1.4 kilometer yang juga merupakan underpass terpanjang di Indonesia telah selesai dikerjakan oleh Kementerian PUPR melalui Ditjen Bina Marga pada 6 Desember 2019 dan telah dibuka untuk umum (open traffic) pada Jumat (24/1/2020).
Peresmian ditandai dengan penekanan tombol dan penandatanganan prasasti oleh Presiden Joko Widodo yang didampingi oleh Menteri Basuki, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Sekretariat Negara Pratikno, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X, Bupati Kabupaten Kulon Progo Sutedjo dan Direktur Utama PT Wika Tumiyana.
“Pada sore ini saya meresmikan underpass sepanjang 1.4 kilometer yang merupakan underpass terpanjang di Indonesia. Underpass ini merupakan bagian dari keseluruhan proyek YIA. Saya harap dapat memberikan kontribusi terutama peningkatan wisatawan menuju Yogyakarta dan sekitarnya,” ucap Presiden Jokowi.
Pembangunan underpass ini bertujuan agar akses Jalur Nasional Pantai Selatan (Pansela) Jawa yang menghubungkan Purworejo dan Wates – Yogyakarta tetap terbuka karena pembangunan YIA memotong jalan Pansela yang lama.
“Dengan underpass ini, Jalan Pansela tidak terputus oleh runway YIA. Selain dilengkapi fasilitas standar untuk terowongan, Underpass YIA juga dilengkapi dengan peringatan suara bagi para pengguna jalan agar selalu berhati-hati, menyalakan lampu dan memenuhi batas kecepatan 40 km/jam,” ujar Menteri Basuki.
Disamping itu, beroperasinya underpass YIA juga mendukung Jalur Pansela sebagai alternatif Jalur Pantura yang telah padat lalu lintasnya dan menjadi jalur wisata.
“Kita terus promosikan jalur Pansela Jawa, supaya orang tertarik lewat Selatan. Karena tidak hanya jalannya yang bagus, namun juga memiliki pemandangan yang indah (panoramic road) karena banyaknya objek wisata,” kata Menteri Basuki.
Senada dengan Menteri Basuki, Direktur Jenderal Bina Marga Sugiyartanto mengatakan Jalur Pansela memiliki ciri khas tersendiri, di mana sebagian besar jalannya berada di dekat Pantai Selatan sehingga potensial menjadi jalur pariwisata.
“Para pengguna jalan dapat menikmati obyek wisata di kawasan selatan, termasuk potensi kulinernya. Saya harapkan ekonomi lokal maupun regional bisa berkembang, seperti di Yogyakarta yang memiliki Pantai Drini,” terang Sugiyartanto.
Untuk menjamin kenyamanan ruas Pansela sebagai jalur wisata, Underpass YIA dibangun dengan lapisan pelindung sheet pile pada dinding untuk menghindari rembesan air penyebab banjir. Underpass ini juga dilengkapi empat pompa dengan kemampuan mengalirkan debit banjir 5 meter kubik/menit untuk setiap pompa. Debit banjir ini kemudian dialirkan ke sistem drainase yang menyatu dengan bandara kemudian dialirkan ke arah laut.
Untuk keamanan underpass ini juga dilengkapi dengan delapan pintu darurat yang tersebar di sisi kiri dan kanan setiap 250 meter.
Underpass ini juga dihiasi dengan ornamen khas Yogyakarta seperti Tari Jathilan, Tari Angguk Putri, Kalamakara dan Setilir Gebleg Renteng.
“Ini bagian dari kearifan lokal, hal ini menggambarkan bahwa teknis tidak harus kaku tetapi bisa mengadopsi budaya lokal. Kebetulan dari Sri Sultan memberi masukan untuk menggunakan ciri khas budaya lokal. Pemilihan ornamen Tari Jathilan yang merupakan seni kerakyatan menggambarkan infrastruktur yang dibangun dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat,” tambah Sugiyartanto.
Pembangunan Underpass YIA dimulai pada November 2018 dengan biaya Rp 293 miliar bersumber dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) / Sukuk Negara Tahun Anggaran 2018-2019. Underpass YIA terdiri dari konstruksi terowongan (slab tertutup) sepanjang 1.095 meter serta jalan pendekat arah timur dan barat masing-masing sepanjang 158 meter dan 183 meter. Underpass memiliki lebar 7,85 meter, clearance atas 5,2 meter dan samping 18,4 meter. Underpass ini dikerjakan oleh kontraktor PT.Wijaya Karya – MCM KSO.
Underpass YIA juga memecahkan rekor MURI sebagai underpass terpanjang di Indonesia. Direktur MURI Osman Semesta Soesilo menyerahkan sertifikat MURI kepada Direktur Utama WIKA Tumiyana.
Pewarta: Damar