BANYUWANGI, BeritaBhayangkara.com – Keterbatasan yang disandang anak berkebutuhan khusus bukanlah penghalang untuk maju. Jika diberikan kesempatan, anak-anak berkebutuhan khusus juga mampu mengembangkan wawasan dan karir profesionalnya.
Pernyataan itu disampaikan Juru Bicara dan Staf Khusus Presiden Bidang Sosial Angkie Yudistia saat berkunjung ke Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu hingga Senin, 15-16 Desember 2019.
“Di negeri ini, kesempatan berkarya bagi semua orang telah terbuka lebar tanpa terkecuali. Buktinya, Presiden Jokowi telah memberi ruang besar. Saya sebagai disabilitas kini bisa duduk di sebelah mendampingi presiden,” kata Angkie yang hadir sebagai tamu istimewa ‘Banyuwangi Education Award’, sebuah ajang penghargaan bagi pegiat pendidikan di kabupaten berjuluk ‘The Sunrise of Java’ itu.
Sebagai salah seorang Staf Khusus Presiden Jokowi, Angkie berencana berdiskusi dan menyampaikan kepada Presiden Jokowi untuk melakukan inovasi dengan mendirikan unit layanan disabilitas. Dengan unit layanan disabilitas tersebut, lanjut Angkie, akan memberikan layanan nyata yang terintegrasi.
“Ke depan, disabilitas tidak hanya menjadi domain Kementerian Sosial. Tapi juga menjadi tanggung jawab semua kementerian. Tak terkecuali Kementerian Pendidikan untuk terus mewujudkan sekolah inklusi,” kata perempuan yang juga dikenal sebagai pendiri Thisability Enterprise itu.
Pada kesempatan ini, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga menegaskan komitmen Pemda Banyuwangi untuk mewujudkan Kabupaten Inklusi. Salah satunya dengan terus meningkatkan jumlah sekolah inklusi yang ramah bagi penyandang disabilitas.
“Di Banyuwangi, para pelajar yang berkebutuhan khusus, tidak harus sekolah di SLB. Namun, saat ini kita terus mewujudkan sekolah inklusi yang bisa menerima anak-anak tersebut,” kata Anas.
Selain itu, sebagai daerah yang tengah fokus menjadikan pariwisata sebagai primadona, Banyuwangi juga bertekad mewujudkan daerah wisata ramah disabilitas.
“Kami sedang menyiapkan tempat khusus, sekaligus memastikan sejumlah tempat wisata di Banyuwangi dilengkapi berbagai fasilitas yang cukup memudahkan bagi teman-teman disabilitas,” kata Anas.
Di Banyuwangi, Angkie juga bertemu dengan Achmad Zulkarnain, yang dikenal sebagai fotografer profesional meski terlahir tanpa tangan dan kaki. Pria 27 tahun yang akrab dipanggil Bang Dzoel ini berasal dari Desa Benelan Lor, Kabat, Banyuwangi, menjadi spesialis fotografer fesyen, dan sempat diundang belajar secara khusus di Darwis Triadi School of Photography.
Kiprah Bang Dzoel menghasilkan karya dalam keterbatasan menjadikan media-media internasional memprofilkannya secara khusus.
“Saya setuju dengan pernyataan Angkie bahwa berkembangnya negeri ini tidak bisa sepenuhnya dipasrahkan kepada pemerintah. SDM dari desa dan kaum milenial memberikan peranan penting dalam sebuah kemajuan. Saya bangga punya pemimpin yang bersahabat pada disabilitas,” kata Bang Dzoel.
Pewarta: Damar